Editor's Vids

Budaya Madura Tergerus Modernisasi

Sumenep, Thejournalmadura - Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemkab) Sumenep dinilai kirang gereget mempertahankan budaya madura. Buktinya, di kabupaten yang berada di ujung timur pulau madura ini, banyak budaya khas madura yang nyaris punah. Salahsatunya bentuk bangunan perkantoran saat ini banyak menggunakan bentuk minimalis.
"Disadari atau tidak, cirikhas madura di Sumenep sudah banyak yang ditinggalkan," katanya.
Politisi asal kepulauan itu, salah satu faktor terpendemnya budaya lokal itu karena minimnya uapaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mempertahankan budaya lokal dinilai masih minim. Sehingga dengan pesatnya perkembangan tekhnologi menyebabkan budaya madura nyaris punah.
Menurutnya, untuk mempertahankan budaya lokal tersebut perlu ada campur tangan pemerintah daerah. Salah satunya membiasakan memakai bahasa madura dilingkungan keperintahan pada saat hari-hari tertentu.
Selain itu, setiap penunjuk arah jalan selain menggunakan bahasa Indonesia, bisa juga menggunakan bahasa madura. Yang tak kalah penting kata Imran, pemerintah daerah segera menciptakan regulasi hukum terkait pemeliharaan budaya lokal.
"Kami yakin kalau sudah ada payung hukum yang jelas, budaya madura tidak akan tergerus midernisasi," katanya.
Terpisah Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Sumenep Hadi Soetarto tidak menampik jika pemerintah daerah untuk mempertahankan budaya lokal belum maksimal. Kedepan pemerintah daerah aoan mengupayakan untuk membangun sinergitas budaya lokal.
Salah satunya, dengan cara memberlakukan bahasa madura dihari-hari tertentu saat jam dinas, termasuk akan memakai bahasa madura disetiap penunjuk arah. "Semua ini sudah kami gagas," katanya.
Kendati demikian, menurutnya belum adanya pemberlakuan bahasa madura dijajaran kepemerintahan, bukan mengindikasikan jika pemerintah daerah telah menafikan budaya lokal. Sebab, pemerintah daerah setiap kegiatan pernah menggunakan bahasa madura. Seperti saat pegelaran uapacara peringatan hari jadi kabupaten sumenep.
Dalam uapacara tersebut, selain menggunakan bahasa madura semua peserta upacara dari jajaran pegawai negeri sipil (PNS) menggunakan kostum ala kraton. Yakni dengan menggunakan jas warna hitam, odeng, dan juga aksesoris yang biasa dipakai oleh raja dan adipati tempo dulu.
Pemakaian bahasa madura dalam pelaksanaan uapara tersebut, Pemrintah daerah mendapat kritikan. Sebab, pemakaian bahasa dalam uapacara sudah ada aturan resmi yang harus ditaati bersama.
"Sudah tiga tahun saat uapacara hari jadi menggunakan bahasa madura. Katanya dalam upacara ada tune-nya yang harus ditaati. Tapi kalau dalam sambutannya menggunakan bahasa madura tidak apa-apa. Ini akan kami lestarikan kedepan," tegasnya.
Bahkan untuk mempertahankan budaya madura, pemerintah daerah telah menetapkan areal Asta Tinggi, di Desa Kebonagung, Kecamatan Kota Sumenep, sebagai kawasan sentra industri kreatif bercitra budaya.
"Selain itu, kedapan pemerintah daerah juga akan mempertahankan banguanan cirikah madura, termasuk bangunan perkantoran," tukasnya. (TM)

Related News

Tidak ada komentar:

Leave a Reply